01 Agustus 2009
02 Januari 2009
Menempa Potensi Petinju Muda
Sasana tinju yang masyur asal Sulawesi Utara, Sasana Richard Engkeng, keluar sebagai juara umum dengan raihan poin tertinggi, 44 poin, hasil dari 16 emas yang disumbangkan para petinjunya dari berbagai kelas di lima kategori. Para petinju asuhan pelatih Donald Patras ini bahkan mampu mendominasi di empat kategori, semijunior, junior, kadet, dan senior utama untuk merengkuh gelar juara umum ke-10 mereka dalam kurun waktu kurang dari empat tahun (sejak 2005).
Sasana tuan rumah, Macan Kumbang (MK) menempati posisi kedua dengan koleksi 15 poin dari empat emas kategori senior pemula. Sasana binaan pelatih Yopie Nanlohy dan Ade Hasan ini juga dikukuhkan sebagai sasana terbaik. Kota Bekasi dan Sasana Red Cobra (Bandung) berada di posisi berikutnya dengan tiga emas.
Akan tetapi, munculnya RE Sulut sebagai juara umum ataupun Macan Kumbang dengan prestasi apiknya bukanlah satu-satunya pelajaran penting yang di dapat dari turnamen yang digelar untuk menyambut HUT ke-62 Yon Zipur 3/YW itu. Yang menjadi penting adalah bagaimana frekuensi pertandingan mampu mematangkan teknik dan taktik para petarung RE Sulut sehingga berbuah prestasi. Sejatinya, pentingnya faktor frekuensi bertanding merupakan pelajaran usang yang telah menjadi petuah klise di setiap cabang olah raga.
Wakil Ketua I Pengda Pertina Jabar yang bertindak sebagai kepala juri teknik turnamen Zipur, Roni Sigarlaki mengatakan, untuk membentuk kematangan fisik, teknik, dan taktik petinju dibutuhkan paling tidak 20 pertandingan dalam setahun. Artinya, jika ingin menjadi petinju "benar", seseorang harus naik ring lima sampai enam kejuaraan setiap tahunnya. Namun, itu adalah ukuran ideal. Pada kenyataannya, berbagai kendala mulai dari kurangnya frekuensi kejuaraan sampai minimnya dana pembinaan menjadi masalah yang menyebabkan kebanyakan sasana baru menggelar latihan serius secara insidentil, jika ada event khusus.
"Kebanyakan sasana baru intens berlatih jika ada kejuaraan. Makanya secara fisik, power, ataupun teknik petinju dari sasana Jabar masih kalah dari mereka (RE Sulut). Frekuensi kejuaraan kita juga masih kurang. (Ada kejuaraan) sekali dalam setahun saja sudah bagus. Namun, apa yang bisa diharapkan dari sekali kejuaraan itu," ujar Roni.
Carol Renwarin, pelatih kepala Pertina pusat yang turut mengamati turnamen dengan menjadi juri teknik, juga menganggap minimnya jam terbang para petinju amatir di Jabar sebagai penyebab merajanya RE Sulut. Menurut Carol, sasana milik Richard Engkeng itu memang sudah dikenal total dalam memoles potensi para petinjunya dengan latihan intensif setiap hari meskipun tidak ada kejuaraan.
Di sisi lain, para petinju asal daerah lain, termasuk Jabar, tidak kalah dari aspek potensi. Hanya, minimnya frekuensi bertarung membuat aksi mereka belum begitu impresif, belum terbiasa menerapkan teknik dan strategi. "Hanya sedikit yang sudah bisa menguasai ring dan bertinju dengan perhitungan matang, ditunjang teknik yang benar," ujar Carol yang berharap kejuaraan semacam Zipur Cup ini bisa semakin banyak diadakan untuk menempa potensi para petinju muda.
Peserta kejuaraan tinju Yon Zipur memang meledak akibat animo yang tak terduga. Banyak sasana yang memfotokopi undangan resmi untuk bisa berpartisipasi. Akibatnya, pertandingan yang awalnya hanya akan digelar di atas satu ring, ditambah menjadi dua.
Namun, hal tersebut tidak mengurangi kegembiraan Yon Zipur 3/YW. Dari segi penyelenggaraan, dengan persiapan satu bulan dan kepanitiaan anggota internal, serta modal nekat karena melaju tanpa dana dari sponsor resmi, para awak Yon Zipur 3/YW berhasil mengadakan hajatan tinju yag mendapatkan antusiasme peserta maupun penonton dari masyarakat sekitar. Tidak hanya itu, sasana asuhan mereka, Macan Kumbang, mampu berprestasi tanpa ada embel-embel "bantuan" karena seluruh juri teknik dan wasit berasal dari luar anggota militer.
Dengan menurunkan 17 petinju dan berkonsentrasi pada kategori senior pemula, sasana yang baru berusia delapan bulan ini bisa mengirim tujuh petarungnya ke final, meraih empat emas melalui petarung mereka, Udin (kelas 48 kg), Caca (51 kg), Akbar (57 kg), dan Salvius (64 kg). Akbar yang meraih emas setelah menang angka 25-9 atas Kamit (Sasana Amphibi) bahkan dinobatkan sebagai petinju terbaik kategori senior pemula.
MK juga menjadi juara umum pada kategori senior pemula, satu-satunya kategori yang tidak sanggup didominasi oleh RE Sulut. Status sebagai sasana terbaik pun diberikan oleh para juri bidang teknik yang berasal dari Pengda Pertina Jabar dan Pusat.
"Jelas kami beryukur, tidak hanya dalam pelaksanaan, kami juga bisa cukup berhasil dalam prestasi. Target kami sebenarnya hanya dua emas, namun bisa tercapai empat. Apalagi, para petinju `hijau` kami bisa menyaingi petinju-petinju berpengalaman pada kejuaraan ini," kata Komandan Batalyon Zeni Tempur 3/YW Letnan Kolonel Cz1 Arnold A.P. Ritiauw yang juga bahagia karena banyak petinju peserta dari kalangan sipil yang kemudian ingin bergabung dengan militer.
Danyon berkeinginan, MK yang juga terbuka untuk umum bisa menjadi sasana tinju milik publik yang dapat ikut membantu peningkatan prestasi tinju di Jabar. Dia juga berharap kejuaraan Zipur bisa menjadi agenda tahunan yang dapat secara kontinu dilaksanakan oleh para komandan Yon Zipur 3/YW sehingga ada wahana untuk menambah jam terbang bertanding para petinju amatir agar bisa mengasah teknik, taktik, serta stamina untuk meningkatkan prestasi mereka ke depan.
30 Desember 2008
PANGDAM III/SILIWANGI MEMBUKA KEJUARAAN TINJU AMATIR TERBUKA YONZIPUR-3/YW
15 Desember 2008
Penugasan Yonzipur 3/YW
Operasi Tempur :
a) Perang Kemerdekaan I.
b) Perang Kemerdekaan Kedua dan hijrah ke Jawa Tengah
c) Penumpasan Pemberontakan PKI Muso di Madiun.
d) Penumpasan Angkatan Perang Ratu Adil/APRA.
e) Penumpasan DI/TII di Jawa Barat.
f) Operasi Mandala.
g) Operasi Kilat di Sultra.
h) Operasi Tumpas di Sultra.
i) Operasi Dwikora di Riau Daratan.
j) Penumpasan dan pembersihan G.30 S/PKI serta sisa-sisanya di Wilayah Bandung Selatan dan sekitarnya.
k) Operasi Saber-2 di Kalbar.
l) Operasi Seroja Timor Timur.
m) Operasi Militer di NAD.
Operasi Pengamanan :
1) Pam wilayah rawan Konflik Ambon.
2) Bhakti TNI (Operasi Terpadu) serta Pam wilayah rawan Konflik Aceh.
B. Bidang Non Hankam
1) Operasi Bhakti dalam rangka penanggulangan bencana alam di daerah Flores Nusa Tenggara Timur.
2) Operasi Bantuan Kemanusiaan ( TMMD ) ke Prov. NAD setelah/pasca musibah gempa dan gelombang tsunami.
3) Ops. Bantuan Kemanusiaan pada bencana alam gempa bumi dan tsunami di Wilayah Kab. Ciamis dan Kab. Tasikmalaya.
4) Operasi Manunggal/ABRI Masuk Desa. Sejak tahun 1980 ikut andil dalam Operasi ABRI Masuk Desa mulai AMD I s/d saat ini ( TNI Manunggal Satatasariksa).
C. Tugas Internasional
Operasi Perdamaian :
a) Tahun 1992. Mengirimkan satu orang Pamen atas nama Mayor Czi Toto Punto Djatmiko Raharjo untuk penugasan Kontingen Garuda XI-2 yang tergabung dalam MINURSO di Sahara Barat.
b) Tahun 1997. Mengirimkan satu orang Pama A.n. Lettu Czi Khaerul Anwar untuk penugasan ke Bosnia Herzegovina yang tergabung dalam Kontingen Garuda 14-H dalam rangka pelatihan Zeni dan Kesehatan bagi Angkatan Darat Bersenjata Federasi Bosnia Herzegovina.
DIK / OJT (Pertukaran Pers) :
a) Mengirimkan satu orang personel Pama ke Australia A.n. Kapten Willem Wihellmus Diaz Viera D. dalam rangka mengikuti OJT (Pertukaran Pers) antara TNI-AD dan AD Australia selama 3 bulan, berdasarkan Surat Perintah Pangdam III/Slw Nomor Sprin / 463 / IV / 1998 tanggal 18 April 1998.
b) Mengirimkan satu orang personel Pama ke Australia A.n. Lettu Czi Herfin Kartika Aji dalam rangka mengikuti Pertukaran Pers antara TNI AD dan AD Australia selama 2 bulan, berdasarkan ST Pangdam III/Slw Nomor ST/581/2005 tanggal 5 Agustus 2005 yang sebelumnya telah melaksanakan Austafmil Course dan ROBC Course di Australia tahun 1999.
c) Mengirimkan satu orang personel Pama ke Australia A.n. Kapten Czi Bintarto Joko Yulianto dalam rangka tugas belajar di Australia mengikuti program Deployable Joint Force Headquarters (DJFHQ CIMIC) dari tanggal 2 s.d 25 Nopember 2007 berdasarkan Surat Perintah Pangdam III/Slw Nomor Sprin/1739/X/2007.
03 Desember 2008
SEJARAH SINGKAT BATALYON ZENI TEMPUR 3/YUDHA WYOGRHA KODAM III/SILIWANGI
a. Awal Pembentukan Yonzipur 3/YW
Pada masa perang kemerdekaan laskar-laskar (para bekas KNIL, PETA, Heiho dan pemuda-pemuda BKR) bergerak dan berjuang dengan dilandasi rasa tanggung jawab yang besar terhadap kelangsungan hidup Negara Indonesia, maka tehnisi yang tergabung dalam badan-badan perjuangan mengambil alih semua instalasi dan bangunan-bangunan penting dari tangan penjajah untuk digunakan sebagai sumber pendukung perjuangan selanjutnya, pada tingkat Kementrian Pertahanan tanggal 15 Oktober 1945 di bentuk Dinas Genie.
Di Batujajar dibentuk Satuan Genie Pionir Jawa Barat diawali dengan membentuk sekolah Zeni Pionir pada tanggal 2 Nopember 1945 untuk melatih para pemuda yang disiapkan untuk tugas mengikuti Batalyon Infanteri dalam bergerilya mempertahankan kemerdekaan yang telah di Proklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Kompi Genie Pionir dibawah pimpinan Bapak Krono Sentono di BP-kan kepada Resimen Delapan Divisi-I Siliwangi, sedangkan didaerah Garut Jawa Barat pada tanggal 9 Juni 1946 dibentuk satu Kompi Genie dibawah pimpinan Kapten Adam Sasmita Atmaja yang di BP-kan Kepada Brigade 4 Devisi-1 Slw. Guna menunjang tugas dan perjuangan pada masa itu maka Devisi-1 Slw merasa perlu adanya Batalyon Genie sehingga pada tanggal 15 Januari 1947 dibentuklah Batalyon Genie PionIr yang berkedudukan di Tasikmalaya dengan Komandan Batalyon adalah Kapten Adam Sasmita Atmaja sebagai Komandan Batalyon Pertama.
Batalyon Zeni Tempur 3/YW Dam III/Slw dibentuk berdasarkan tuntutan tugas dan perjuangan pada masa perang kemerdekaan. Sejak terbentuknya pada masa perang kemerdekaan, kesatuan Batalyon Genie Pionir tumbuh dan berkembang sampai saat ini menjadi Batalyon Zeni Tempur 3/YW Dam III/Siliwangi.
b. Perkembangan Satuan
Sejak dari terbentuknya pada masa perang kemerdekaan Batalyon Genie Pionir terus berkembang hingga sampai saat ini menjadi Batalyon Zeni Tempur 3/YW Dam III/Siliwangi. Perkembangan tersebut sangatlah dipengaruhi oleh situasi kondisi yang berkembang pada setiap saat dan merupakan pengalaman yang justru dapat menumbuhkan rasa kepercayaan pada diri sendiri dan mampu mendewasakan Batalyon Zeni Tempur 3/YW Dam III/Slw dalam mengemban tugas yang dibebankan oleh Komando Atas. Perkembangan satuan Batalyon Zeni Tempur 3/YW Dam III/Slw terkait erat dengan masa mempertahankan kemerdekaan.
Dalam perkembangannya Markas Komando Batalyon Zeni Tempur 3/YW sejak berdiri hingga sekarang telah berpindah-pindah antara lain dari Buahdua Sumedang ke Wastu Kencana Bandung dengan kedudukan pasukan di Dayeuhkolot.
Dari Wastu kencana Bandung pindah ke Dayeuhkolot karena peristiwa APRA Staf Batalyon pindah lagi ke Komplek KMA ( sekarang Pusenif ).
Pada Juni 1950 Staf Batalyon pindah dari Komplek KMA ke Komplek SJS Jalan Aceh dan pindah lagi ke Jalan Sumatra.
Tahun 1961 Perubahan Batalyon Genie Pionir menjadi Batalyon Zeni Tempur 3.
Tahun 1964. Pengesahan tunggul Batalyon Zeni Tempur 3 “YUDHA WYOGRHA” sesuai keputusan Direktur Zeni Angkatan Darat Nomor Kep/ 66 / 4 / 1964 tanggal 9 April 1964.
Tahun 1976 Pemindahan Markas Yonzipur 3/YW dari Jalan Sumatra Nomor 47 ke Jalan RE Martadinata No. 57.
Tahun 1980 Pemindahan Markas Yonzipur 3/YW dari Jalan RE Martadinata No. 57 ke kesatrian Dayeuhkolot sampai dengan sekarang.